Jumat, 18 November 2011

PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU SINA


PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU SINA
Oleh : Rahmat Lubis

Ibnu Sina bernama yang meiliki lengkap Abu Ali Al-Husain bin Abdullah bin Sina Ia dilahirkanTahun 370 H/ 980 M di Afshana, sebuah kota kecil dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ketika lahir ayahnya menjabat Gubernur di salah satu pemukiman Nuh ibnu Mansur (Sekarang wilayah Afganistan).
 Ibn Sina memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa. Sejak kecil, banyak orang yang mengaguminya, sebab ia adalah seorang anak yang luar biasa kepandaiannya, bahkan pada usia 10 tahun telah hafal al-Qur'an seluruhnya.dan pada usia 17 tahun, ia telah memahami seluruh teori kedokteran.
Karena kepintarannya ia diangkat sebagai konsultan dokter-dokter praktisi. ini terjadi setelah ia berhasil mengobati Pangeran Nuh ibn Manshur, karena tidak seorang pun yang dapat menyembuhkannya. Dan ia diberi kebebasan belajar di perpustakaan istana karena hal tersebut. Ia juga pernah jadi menteri oleh Sultan Syams al-Daulah yang berkuasa di Hamdan.
Usia yang relatif muda ia memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan di usia 18 tahun, dan menemukan bahwa Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, Di antara guru yang mendidiknya adalah Abu 'Abd Allah al-Natili dan Isma'il sang Zahid. Karena kejeniusannya, sampai-sampai ia mampu melampaui ilmu gurunya.
Sebagai pemikir ulung Ibnu Sina tidaklah terlepas dari cobaan yang menimpanya. Tatkala perpustakaan istana terbakar, musuh-musuhnya menuduh Ibn Sina yang membakarnya supaya orang tidak bisa menguasai ilmu yang ada di sana, kecuali Ibn Sina sendiri sehingga ia tidak tertandingi. Bahkan ia sempat dipenjarakan Putra Al-Syam al-daulah karena kedengkiannya, yang akhirnya ia melarikan diri ke Isfahan, dan dikota inilah ia menjalani kiprahnya sebagai seorang intelektual.
Ibnu Sina wafat pada usia 58 tahun, tepatnya pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Beliau wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah.





A.    Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sina

1.      Hakikat Manusia
Dalam pemikiran ibnu sina, Secara garis besar, manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Keduanya mesti dikombinasikan. Namun dalam kajian filsafat, unsur rohani atau jiwa mendapat perhatian lebih karena dianggap sebagai hakikat manusia yang sesungguhnya.
Demikian halnya dengan Ibn Sina, meskipun ia sebagai seorang dokter yang mengkaji tentang organ tubuh manusia secara jasmani, tetapi ia juga memiliki pemikiran yang unik tentang jiwa.
Ibnu Sina berpendapat bahwa akal pertama mempunyai dua sifat yaitu:
a.       Sifat wajib wujudnya, sebagai pancaran dari Allah (Wajib al Wujud li ghairihi), dan
b.      Sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya
Ibnu sina juga berpendapat bahwa ada tiga obyek pemikiran manusia. yaitu Tuhan, dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya. Dari pemikiran tentang Tuhan timbul akal-akal, dari pemikiran tentang dirinya sebagai wujudnya timbul jiwa-jiwa dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudnya timbul langit-langit.
Ibnu Sina membagi Jiwa dalam tiga bagian, yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Hal ini sesuai dengan konsep al-Qur'an. Bahwa pembagian jiwa adalah:
1. Jiwa tumbuh-tumbuhan (Nabatiyyah).
2. Jiwa binatang (Hayawaniyyah),
3. Jiwa manusia (insaniyah), disebut juga al-nafs al-nathiqat, mempunyai dua daya, yaitu:
a. daya praktis {al-'amilat), hubungannya dengan jasad.
b. daya teoretis {al-'alimat) hubungannya dengan hal-hal yang abstrak.
Ibnu sina dalam konsepnya tentang pendidikan yang mengutamakan pendidikan jiwa. Meskipun antara jasad dengan jiwa juga memiliki hubungan yang erat dimana antara keduanya saling mempengaruhi dan membantu. Jasad adalah tempat bagi jiwa. Dengan kata lain jasad adalah syarat mutlak bagi adanya jiwa. Karenanya, manusia juga harus memelihara jasad sehingga dibutuhkan pula adanya pendidikan jasmani yang baik.


2.      Tujuan Pendidikan
Ibnu Sina berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah "pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempuma, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti."
Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibn Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseeorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Pendidikan yang bersifat jasmani, Ibn Sina berpendapat tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik. seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan. Sedangkan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan ditujukan adalah menyiapkan tenaga professional. Dan juga memberikan pendidikan budi pekerti (akhlak) agar ada kepaduan antara keterampilan dengan budi pekerti.
3. Kurikulum
Ibn Sina juga menyinggung tentang beberapa ilmu yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak didik. Menurut Ibn Sina kurikulum harus didasarkan kepada tingkat perkembangan usia anak didik, yaitu fase 3-5 tahun, 6-14 tahun, dan di atas 14 tahun.
a.      Usia 3 sampai 5 tahun
Menurut Ibn Sina, diusia ini perlu diberikan mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
b.      Usia 6 sampai 14 tahun
Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibn Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran sya'ir, dan pelajaran olahraga.
c.       Usia 14 tahun ke atas
Pelajaran yang harus diberikan pada anak usia 14 tahun ke atas menurut ibnu sina amat banyak jumlahnya, namun pelararan tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak.
3. Metode
Metode yang ditawarkan Ibn Sina adalah metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang, dan penugasan.
a)      Metode talqin
Metode talqin perlu digunakan dalam mengajarkan membaca al-Qur'an,
b)      Metode demonstrasi
Menurut Ibn Sina, metode demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis.
c)      Metode pembiasaan dan keteladanan
Ibn Sina berpendapat bahwa pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak.
d)      Metode diskusi
Metode diskusi dapat dilakukan dengan cara penyajian pelajaran di mana siswa di hadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibn Sina mempergunakan metode ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional dan teoretis.
e)      Metode magang
Ibn Sina telah menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid Ibn Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek.
f)        Metode penugasan
Metode penugasan ini pernah dilakukan oleh Ibn Sina dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikannya kepada para muridnya untuk dipelajarinya.
g)      Metode targhib dan tarhib
Targhib atau ganjaran, hadiah, penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.
4.Konsep Guru
Adapun pemikiran ibnu sina mengenai guru yang baik adalah guru yang cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan suci murni.
Kemudian seorang guru menurut ibnu sina sebaiknya dari kaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak-anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri.
Penulis Adalah : Mahasiswa Program Pasca Sarjana IAIN-SU Medan Konsentrasi Pendidikan Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar