Jumat, 20 Januari 2012

URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENGAJARAN


URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENGAJARAN
A.    Pendahuluan
Sejak pertengahan abad ke IX yang didakwahkan sebagai abad kelahiran Psikologi kontemporer didunia Barat, terdapat banyak pengertian mengenai “Psikologi” yang ditawarkan oleh para Psikolog. Masing-masing pengertian memiliki keunikan, seiring dengan keendrungan, asumsi, dan aliran yang di anut oleh para penciptanya. Meskipun demikian perumusan psikologi dapat disederhanakan dalam tiga pengertian :
Pertama, Psikologi adalah studi tentang jiwa seperti studi yang dilakukan oleh Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (322-384 SM) tentang kesadaran dan proses mental yang berkaitan dengan jiwa. Kedua, Psikologi adalah Ilmu pengetahan tentang kehidupan mental, seperti perhatian, persepsi, intelegensi, kemauan dan ingatan. Defenisi ini dikemukakan oleh William Wundt. Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang prilaku orgasme,, seperti prilaku kucing terhadap tikus, prilaku manusia terhadap sesamanya, dan sebagainya, defenisi ini dikemukakan oleh Jhon Watson.[1]
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
  • Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
  • Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
  • Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
  • Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
  • Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
  • Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

B.     Pembahasan
a.      Pengertian Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan
Dalam Istilah lama Psikologi lazim disebut dengan ilmu jiwa, Psikologi itu sendiri berasal dari bahasa Inggris Psychology. Kata Psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani) yaitu : Psyche yang berarti Jiwa dan Logos yang berarti Ilmu. Jadi secara Etimologi psikologi adalah Ilmu Jiwa. Mengingat jiwa seseorang dapat dipelajari, diselidiki melalui prilakunya, maka psikologi sering kali dikatakan ilmu yang mempelajari prilaku manusia. Karena prilaku seseorang adalah hasil intraksi antara dirinya dengan lingkungan, maka perilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.[2]
Sedangkan Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, Pengertian “pendidikan” menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang  dalam usaha mendewasakan manusia melalaui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate atau pendidikan berarti perbuatan atau proses  perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu hingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filasafat hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terfikir dan teras oleh organ organ biologis (jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat psikologi berperan seta dalam memecahkan masalah masalah itu yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.
Karena kontak dengan berbagai disiplin ilmu tersebutlah maka timbul bermacam-macam defenisi psikologi yang satu sama  lain berbeda seperti :
1.         Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (The Science of Mental Life)           
2.         Psikologi adalah ilmu mengenai fikiran ( The Science of Mind)
3.         Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (The Science of Behavior)
Pada asasnya psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia maupun hewan. Psikologi dalam hal ini berhubungan dengan penyelidikan mengenai bagaimana dan mengapa organisme-organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan.
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi.), perasaan (emotion)dan kehendak (conasi). gejala tersebut secara umum memiliki cirri-ciri yang hamper sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikaf dan prilaku manusia. Namun terkadang ada diantara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun sugesti.[3]
Kemudian pada perkembangan selanjutnya mulai terungkap bahwa gejala-gejala jiwa tersebut tidak sama pada manusia yang berbeda usia, gejala jiwa yang melatar belakangi aktivitas, sikaf dan tingkah laku anak-anak berbeda dengan anak remaja, serta juga terdapat perbedaanantara remaja dengan orang dewasa maupun orang yang sudah lanjut usia. Kenyataan ini mendorong para ahli psikologi untuk mengembangkan cabang-cabang psikologi yang dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala jiwa manusia pada tingkat usia tertentu.
Dalam pengertian yang luas dan refsentative (mewakili/ mencerminkan segala segi), pendidikan ialah seluruh tahaban pengembangan kemampuan dan prilaku-prilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
  • Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
  • Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
  • Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Latar belakang historis Psikologi Pendidikan didirikan oleh beberapa printis bidang Psikologi Pendidikan sebelum Awal abad ke – 20. Tokoh paling menonjol dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria kulit putih, seperti  James, Deway, dan Thorndike.
Psikologi Pendidikan ini sangat erat kaitannya dengan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Psikologi pendidikan menurut Arthur S. Reber seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University Of New York mengatakan psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
1.      Penerapan disiplin-prinsip belajar dalam kelas
2.      Pengembangan dan perbarun kurikulum
3.      Ujian dan evaluasi bakat kemampuan
4.      Sosialisasi proses-proses dan intraksi pross-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
5.      Penyelenggarakan pendidikan keguruan.[4]
Menurut H.C. Whitherington, Psikologi Pendididkan adalah studi yang sistematis tentang proses-proses dan factor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.[5]
Menurut Lester. D. Crow, dan Alice Crow, Psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.[6]
Menurut WS. Winkel SJ, Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari pra-syarat-pra syarat (Faktor-faktor) bagi pelajar disekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar.[7]
Secara lebih sederhana dan praktis, Daniel lenox Barlow mendefenisikan Psikologi Pendidikan sebagai sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif.[8] Proses pendidikan memang tidak terlepas dari situasi Psikologis yang sangat beragam, karena setiap individu yang terlibat dalam pendidikan itu tentu memiliki situasi psikologis sendiri. Maka disini dibutuhkan kematangan kepribadian seorang guru agar dapat membimbing situasi yang beragam tersebut pada kondusifitas yang bermakna.
Sementara John. W, Santrock mendefenisikan Psikologi Pendidikan sebagai cabang ilmu yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi Pendidikan merupakan bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah buku tersendiri untuk menjelaskannya.[9]
Beragamnya kondisi psikologis dan kepribadian orang yang terselibat didalam pendidikan tentu memunculkan banyak potensi yang beragam pula, untuk melihat tersebut hendaknya harus obyektif. Misalnya sering kasus yang muncul belakangan ini dimana kita melihat kabar buruk dari sebagian kecil pendidik kita, mereka dengan sengaja menganiaya anak muridnya, melakukan pelecehan seksual dan sebagainya. Tentu kondisi ini dipengaruhi oleh sebuah penyebab yang membutuhkan pendekatan yang intens.
b.      Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang, khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling berintraksi)
Inti persoalan psikologi dalam psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses mengajar-belajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam:
1.      Pokok bahasan mengenai “Belajar” yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas prilaku belajar siswa dan sebagainya.
2.      Pokok bahasan mengenai “proses belajar” yakni tahaban perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.      Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, suasana dan keadaan lingkugan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.[10]
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut.
1.      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psikology)
2.      Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3.      Ligkungan yang bersifat fisik (Physical Structure)
4.      Perkembangan siswa (Growth)
5.      Proses-proses tingkah laku (Behavior Process)
6.      Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Factors that condition learning)
8.      Hukum-hukum dan teori-teori belajar (Lows and theories learning)
9.      Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dan batasan-batasan pengukuran evaluasi (Measurement: basic principles and definitions)
10.  Transfer belajar meliputi mata pelajaran (transfer of learning: sunjec matters)
11.  Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (Pratical aspects of measurements)
12.  Ilmu statistic dasar (element of statistic)
13.  Kasehatan rohai (mental hygiene)
14.  Pendidikan membentuk watak (Character education)
15.  Pengetahuan psikologi tentang pelajaran sekolah menengah (Psychologyof secondary school subjects)
16.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (phychologyop secondary school subject.[11]
Keenam belas pokok bahasan telah dikupas oleh hapir semua ahli yang telah diselidiki Smith, walaupun jumlah porsi (jumlah bagian/jatah) yang diberikan dalam penguasaan tersebut tidak sama.
c.        Fungsi Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunannya, hal ini menunjukkan bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia sejak manusia itu ada. Hal ini bisa dilampaui dengan efektif dan efesian bila pendidik memahami keadaan anak didiknya, untuk sampai pada tujuan ini antara lain perlu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir bahkan sejak masa konsepsi dan seterusnya.
Peristiwa- peristiwa yang mempengaruhi dalam tiap tiap fase serta factor yang menunjang dan menghambat, potensi potensi dasar yang dimiliki anak serta intelegensi dan bakat, sifat-sifat serta cirri-ciri kepribadian anak. Selanjutnya juga perlu mengetahui cara cara yang tepat dan jitu untuk melayani mereka, maka sudah barang tentu harus memahami hal hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengajar dan segala variasi serta modelnya,. Inilah sebenarnya fungsi psikologi pendidikan dalam pengajaran agar dapat mengatsi segala macam masalah yang terjadi pada diri peserta didik. Fungsi psikologi pendidikan dapat membantu para Guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah tersebut dengan baik,[12] Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2.      Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.      Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
d.      Aplikasi Teori Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran
Salah satu tokoh Psikologi Pendidikan Willem James mengatakan bahwa eksprimen psikologi di laboratorium sering kali tidak menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar mengajar di kelas guna untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu  rekomendasinya adalah mulailah mengajar dari titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan memperluas cakrawala pemikiran anak.
Kemudian Jhon Dewey tokoh yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan, dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi ditingkat praktis.
Dewey membangun laboratorium psikologi pendidikan pertama di  AS, tepatnya di Universitas Chicago pada tahun 1894. Kemudian di Colombia University dia melanjutkan karya inovatifnya tersebut. Kita banyak mendapat ide penting dari jhon dewey. Pertama, dari dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif (actife  learn) sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini ada keyakinan bahwa anak anak mestinya dduk diam dikursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara fasif dan sopan. Sebaliknya Dewey percaya bahwa anak anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.
Kedua, dari Dewey kita mendapatkan ide bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk  beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak anak seharusnya tidak hanya pelajaran akademik saja, akan tetapi juga harus diajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan lingkungan diluar sekolah. Dia secara khusus berpendapat bahwa anak anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif.
Ketiga, dari dewey kita mendapatkan bahwa gagasan bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Cita-cita demokratis ini pada masa pertengahan abad ke – 19 belum muncul, sebab saat itu pendidikan hanya di berikan pada sebagian anak kecil saja. Terutama anak anak yang berasal dari keluarga yang kaya. Dewey adalah salah seorang psikolog yang sangat berpengaruh khususnya pendidikan yang layak bagi semua anak tanpa membedakan status dan asal usul kelurga. Laki laki ataupun perempuan dari semua lapisan sosial ekonomi dan etnis.
Kemudian Thorndike memberikan banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran dan perbaikan dasar dasar belajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dam mesti fokus ada pengukuran.[13]
Arthur W. Combs mengatakan Belajar akan terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak dapat melaksanakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena mereka bodoh akan tetai karena enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting bagi mereka untuk mempelajarinya.[14]
Untuk itu Guru harus memahami priaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah prilakunya, seorang guru mesti berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seeorang dengan yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa sisiwa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan bagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu, sehingga yang penting adalah bagaimana membawa siswa atau peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya nanti.
Abraham Maslow berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami oivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.[15]
Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang di mulai dri kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk di puaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana.
Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki cinta kasih seperti dorongan untuk memiliki kawan dan keluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok dan sebagainya. Ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang untuk berbuat lainuntuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri yaitu kebutuhan untuk di hargai, di hormati dan di percaya orang lain.


C.    Penutup
Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses proses dan faktor- faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Psikologi Pendidikan dapat di pandang sebagai ilmu pengetahuan praktis yang berguna untuk menjelaskan atau menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang di tetapkan secara ilmiah dan fakta – fakta seputar tingkah laku manusia. Psikologi Pendidikan ialah Ilmu yang mempelajari pra syarat ( fator- faktor) bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase- fase dal semua proses belajar.
Secara sederhana, jika ada sebuah pertanyaan Mengapa Psikologi Pendidikan menjadi sangat penting untuk difahami dan diterapkan oleh guru pada saat memfasilitasi proses pembelajarannya. Maka yang menjadi jawabannya adalah bahwa seorang guru sama halnya dengan seorang dokter yang tidak cukup hanya mengetahui gejala penyakit dan obat yang diperlukan saja, akan tetapi ia juga harus mengetahui susunan anggota tubuh serta fungsinya.
Demikian pula halnya seorang guru yang ingin memperbaiki atau menumbuhkan kemempuan khusus pada murid harus mengetahui pikiran murid, mengetahui susunan kecerdasannya, caranya menangkap pengetahuan dan keterampilannya.
Dengan demikian psikologi pendidikan sangatlah penting untuk difahami dan diterapkan oleh guru. Adapun manfaat memahami psikologi pendidikan bagi seorang guru ialah dapat membantu memecahkan persoalan pendidikan serta dapat mengetahui perbedaan kharakteristik dan pola pikir anak didik.
Ruang lingkup Psikologi Pendidikan mencakup 16 Topik bahasan : Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psikology), Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity), Ligkungan yang bersifat fisik (Physical Structure), Perkembangan siswa (Growth), Proses-proses tingkah laku (Behavior Process), Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning), Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Factors that condition learning, Hukum-hukum dan teori-teori belajar (Lows and theories learning, Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dan batasan-batasan pengukuran evaluasi (Measurement: basic principles and definitions, Transfer belajar meliputi mata pelajaran (transfer of learning: sunjec matters, Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (Pratical aspects of measurements, Ilmu statistic dasar (element of statistic, Kasehatan rohai (mental hygiene), Pendidikan membentuk watak (Character education), Pengetahuan psikologi tentang pelajaran sekolah menengah (Psychologyof secondary school subjects), Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (phychologyop secondary school subject.
Adapun Fungsi Psikologi Pendidikan dalam pengajaran dapat mengetahui gejala – gejala yang di timbulkan oleh siswa dalam proses belajar mengajar, dan mampu untuk mengatasi masalah- masalah yang terjadi pada diri siswa. Aplikasi teori Psikologi Pendidikan dalam pengajaran yang paling penting adalah menanamkan penalaran anak. Melakukan studi belajar mengajar secara ilmiah dan harus fokus pada penalaran.
Seorang guru harus memahami situasi anak, dimana ia tumbuh dan berkembang, bagaimana situasi lingkungan disekitarnya, bagaimana ekonomi keluarganya, dan juga bagaimana aktifitas orang tuanya, tentu ini sangat berpengaruh dalam kehidupan kepribadian anak. Para pakar psikologi pada awalnya melakukan percobaan untuk membuat sebuah pendekatan pada binatang, seperti kucing maupun anjing. Setelah itu baru mereka melahirkan teori-teori yang didalamnya stimulus dan respon.














REFERENSI

Ahmad, Abu dan Supriono, Widodo. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta, 1991
Alice Crow, L.D. Craw. Education Psycology. New York : American Book Company. 1985
Bruno. Frank.J. Kamus istilah Kunci psikologi. Yogyakarta.: Kanisius. 1984
Mustaqim. Psikologi pendidikan. Semarang : Pustaka Pelajar. 2008
Rumini,dkk. Psikologi pendidikan. Yogyakarta :fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 1993
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.2010
Surya, Brata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Grafisindo Persada.2008
Santrock. Jhon. W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta : Kencana. 2008
Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan (Terj), Jakarta: Prenada Media Group, 2007
Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia. 1983
Wetherington, H.C. Eduation psychology. Terj.M. Bukhari. Jakarta: Aksar Baru. 1982



[1] Frank. J. Bruno, Kamus Istilah Kunci Psikologi, Terj. Cecilia G. samekto, Judul asli, “Dictioneri of Key in Psychology”, Yogyakarta: Kanisius, 1989, h. 236-237
[2] Singgih, D. Gunarsa, Psikologi Praktis, Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta; Gunung Mulia, 1995, h. 1
[3] Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, h. 8
[4] Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, h. 7-12
[5] H.C. Whetherington, Educational Psychology, terj. M. Bukhori, Jakarta: Aksara Baru, 1982, h. 10
[6]L.D. Crow, Alice Crow, Educational Psycology, New York: American Book Company, 1985, h.7
[7] WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, 1983, h. 19
[8] Muhibbin Syah, Op Cit, h. 13
[9] John. W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Terj), Jakarta: Prenada Media Group, 2007, h. 4
[10] Ibid, h. 24-25
[11] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h. 2-3
[12] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 4-5
[13] Jhon, W. santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2008, h. 4-5
[14] Abu Ahmadi dan widodo Supriono, Psikologi Belajar, Jakarta: Renika Cipta, 1991, h. 74
[15] Rumini, s. dkk. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 1993, h. 23